(Resensi Subjektif) Di Tanah Lada

Di Tanah Lada
Oleh: Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Editor
Mirna Yulistianti

Copy Editor
Rabiatul Adawiyah

Desain Sampul
Suprianto

Setter
Fitri Yuniar

Ilustrasi Sampul dan Isi
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Halaman
244 halaman

Penerbit
PT Gramedia, Jakarta

Genre
Novel Fiksi

Cetakan pertama, Agustus 2015

ISBN 978-602-03-1896-7


BLURB

Namanya Salva. Panggilannya Ava. Namun papanya memanggilnya Saliva atau ludah karena menganggapnya tidak berguna. Ava sekeluarga pindah ke Rusun Nero setelah Kakek Kia meninggal. Kakek Kia, ayahnya Papa, pernah memberi Ava kamus sebagai hadiah ulang tahun yang ketiga. Sejak itu Ava menjadi anak yang pintar berbahasa Indonesia. Sayangnya, kebanyakan orang dewasa lebih menganggap penting anak yang pintar berbahasa Inggris. 

Setelah pindah ke Rusun Nero, Ava bertemu dengan anak laki-laki bernama P. Iya, namanya hanya terdiri dari satu huruf P. Dari pertemuan itulah, petualangan Ava dan P bermula hingga sampai pada akhir yang mengejutkan.





RESENSI

Semua bermula saat Kakek Kia, ayahnya Papa, yang pernah memberikan kamus ke Ava, meninggal. Kakek Kia yang mewariskan hartanya ke tangan Papa Ava mulai semena-mena. Menjual rumah mereka yang padahal sangat layak pakai. Mereka pindah ke Rusun Nero. Papa Ava itu diceritakan di sini sebagai orang tua yang jahat, gue heran juga sih, ada aja orang yang kayak gini. Menjual rumah yang masih layak pakai dan uangnya dipakai untuk judi, sedangkan anak dan istrinya dipindah ke Rusun Nero, dimana Rusun itu kumuh banget, karena emang Papa Ava pengen judi di deket Rusun.

Di Rusun Nero itu, Ava bertemu dengan P, bocah laki-laki berumur sepuluh tahun, yang selalu bawa gitarnya kemana-mana. Gue ngebayanginnya P ini bocah yang kumal tapi tetep keliatan cakep. Ava sebelumnya juga  bingung sama namanya P, kenapa bisa nama cuma satu huruf? Sedangkan P, sejak awal dia ngerasa aneh sama Ava yang selalu pakai bahasa Indonesia yang baik dan benar, membenarkan ucapan P yang nggak sesuai EYD dengan membuka kamus.

Lucu nggak sih, dimana gue aja yang udah segede gaban, nggak mau ribet-ribet buka KBBI, pilih aplikasi KBBI daripada kamus tebalnya itu. Dan gue appreciate banget sama Ava, pengen deh punya adik yang kayak Ava. Ava dan P punya kesamaan, yaitu, sama-sama menganggap semua Papa yang ada di dunia ini jahat. Karena mereka cuma kenal sama Papanya masing-masing yang emang jahatnya keterlaluan.

Dan konfliknya dimulai saat Papa Ava mulai melakukan kekerasan, Mama Ava udah nggak kuat lagi buat nahan, akhirnya bawa Ava pergi. Tapi, Ava malah nggak mau, dia lebih milih buat bareng P. Dan petualangan mereka di sini yang seru banget.

Mari kita berikan applause yang banyak buat Ziggy, dia bikin gue mikir banget, 'emang gini ya pola pikir bocah masih enam tahun?', dimana mereka mikirnya naif banget, ajaib, super pokoknya. Dan sumpah yang bikin gue kaget adalah endingnya, nggak kepikiran sama sekali bakal kayak gitu sih. Dan jujur, ini novel hebat banget bikin gue nangis.

Gue nonton drakor atau film yang angst banget aja gak bikin gue nangis, paling sesak napas. Hebat, Ziggy, kalo gue bisa ketemu Ziggy juga bakalan gue kasih coklat. Gue ngefans gara-gara novel ini. Hati-hati sama endingnya novel ini, lo bakal kaget dan bakalan cinta sama novel ini. Dan NOVEL INI RECOMMENDED BANGET, sumpah. Guru Bahasa Indonesia gue aja tertarik buat baca novel ini, pas gue bawa novel ke sekolah.

Sekali lagi, terima kasih kepada Ziggy yang udah bikin gue se-thankful ini bisa baca ini novel dan terima kasih sebanyak-banyaknya buat beberapa resensi di google, yang bikin gue pengen banget beli novel ini.


Comments

Popular Posts